KEMACETAN

Persoalan kemacetan lalu lintas merupakan persoalan yang berlarut-larut. Hingga hari ini belum bisa diatasi secara bijak. Justru kemacetan semakin parah dari waktu ke waktu. Kemacetan dicirikan, secara teoritik, oleh arus yang tidak stabil, kecepatan tempuh kendaraan yang lambat, serta antrian kendaraan yang panjang, yang biasanya terjadi pada konsentrasi kegiatan sosial-ekonomi atau pada persimpangan lalu-lintas di pusat-pusat perkotaan.

Penyebab kemacetan

1. Laju peningkatan bermotor yang sangat tinggi

2. Transportasi umum yang terbatas

3. Kapasitas jalan yang terbatas

4. Pasar tumpah ( pedagang kaki lima ) dan terminal sementara angkutan umum

5. Genangan air akibat hujan

6. kesadaran pengguna jalan

Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Kemacetan

1. Secara ekonomi, kemacetan menyebabkan peningkatan waktu tempuh (inefisiensi waktu), biaya transportasi secara signifikan, gangguan yang serius bagi pengangkutan produk-produk ekspor-impor (logistik secara umum), penurunan tingkat produktivitas kerja, dan pemanfaatan energi yang sia-sia.

2. Selain itu, kemacetan pun memberikan dampak yang serius bagi penurunan kualitas lingkungan perkotaan (khususnya tingkat kebisingan dan polusi udara) dan penurunan tingkat kesehatan (misal: pemicu lahirnya berbagai penyakit pernapasan, tekanan psikologis/stress, dsb).

3. Dalam konteks perubahan iklim (climate change) yang kini tengah menjadi hot topic bagi masyarakat dunia, kemacetan lalu lintas di kota-kota utama dunia telah menjadi salah satu kontributor utama dalam emisi gas-gas rumah kaca ke atmosfir yang menyebabkan peningkatan temperatur bumi yang signifikan sejak kota-kota tersebut tumbuh pesat.

4. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bappenas tahun 2006 menunjukkan bahwa kemacetan di Jakarta menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp. 7 Trilyun/tahun yang dihitung untuk 2 (dua) sektor saja, yakni energi (Rp. 5,57 T/tahun) dan kesehatan (Rp. 1,7 T/tahun). Sementara Yayasan Pelangi memperkirakan kerugian bisa membengkak hingga Rp. 43 Trilyun per tahun akibat menurunnya produktivitas kerja, pemborosan BBM dan pencemaran udara.

Solusi

Pertama, dalam meredam peningkatan jumlah kendaraan pribadi bisa dilakukan melalui kebijakan menaikkan biaya pemakaian kendaraan pribadi khususnya roda empat. Misalnya menaikkan pajak dan biaya parkir berlipat ganda. Sehingga sebelum membeli kendaraan pribadi, orang akan berpikir panjang.

Selain itu, harus dibangun kesadaran di dalam masyarakat bahwa peningkatan jumlah kendaraan pribadi akan berkontribusi menciptakan kemacetan. Jadi, pembelian kendaraan pribadi harus berdasarkan kebutuhan bukan gaya hidup. Juga, pemakaian kendaraan pribadi harus berdasarkan efektifitas dan efisiensi.

Kedua, peningkatan kuantitas dan kualitas transportasi umum sudah menjadi keharusan. Menghadirkan transportasi massal seperti yang diterapkan di Jakarta (Trans Jakarta) dan di Yogyakarta (Trans Yogyakarta), ternyata mampu mengurangi kemacetan lalu lintas. Hanya saja, jumlahnya masih perlu ditambahi karena sejauh ini calon penumpang membludak dalam antrian dan sering tidak mendapat tempat duduk di dalam bus.

Ketiga, koordinasi yang lebih baik dan intensif di lingkungan internal Departemen PU antara Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Jenderal Cipta Karya, dan Direktorat Jenderal Sumberdaya Air dalam meninjau kembali dan merumuskan ulang Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KEMACETAN"

Post a Comment